Functional Testing menjadi proses penting dalam pengembangan software. Bahkan, menurut Huttle Research, sebanyak 90% tim software development menggunakan functional testing sebagai teknik pengujian utama mereka.
Proses pengujian ini memastikan product, baik aplikasi ataupun website, berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan requirements. Ada tiga metode dalam functional testing, yakni black box, grey box, dan white box testing.
Penggunaan ketiga metode tersebut sangat bergantung pada karakteristik spesifik software sampai keahlian tim. Oleh karena itu, penting memahami perbedaan black box, grey box, dan white box testing demi mengoptimalkan strategi pengujian dan meningkatkan kualitas produk sebelum dirilis.
Berikut ini perbedaan ketiganya.
BACA JUGA: Pentingnya Functional Testing dalam Software Development
Apa itu White Box Testing?
White box testing atau dikenal juga sebagai clear box testing adalah teknik untuk menguji struktur internal, desain, dan coding suatu software. Dalam metode ini, tester akan memverifikasi alur input dan output, memeriksa logika software, serta menguji setiap pernyataan, objek, dan fungsi secara individual.
Pengujian dengan metode white box penting bagi tim untuk memastikan kode aplikasi mereka kuat dan aman. Pengujian ini juga memeriksa jalur kode yang rusak atau tidak efisien, memastikan semua input menghasilkan output yang diharapkan.
White box testing sendiri memiliki karakteristik transparansi kode, validasi jalur input, dan pengujian mendalam dengan fokus pada detail teknis.
Teknik White Box Testing
Berikut beberapa teknik white box testing dalam pengembangan software:
- Basis Path Testing: Teknik ini digunakan untuk mengukur kompleksitas kode program.
- Branch Coverage: Dirancang agar setiap branch code diuji minimal satu kali.
- Condition Coverage: Tujuannya untuk menguji seluruh kode agar menghasilkan nilai TRUE atau FALSE sehingga software dapat bekerja dan menghasilkan output sesuai dengan input user.
- Loop Testing: Digunakan untuk menguji berbagai perulangan/looping dalam program.
- Multiple Condition Coverage: Teknik ini dilakukan untuk menguji seluruh kombinasi kode yang digunakan.
- Statement Coverage: Digunakan minimal satu kali untuk menguji setiap statement dalam software sehingga dapat segera diperbaiki jika ada kode yang error.
Kelebihan & Kekurangan White Box Testing
Kelebihan Menggunakan White Box Testing
Berikut ini beberapa alasan mengapa metode white box testing jadi hal penting dalam pengembangan software:
- Tester/penguji memiliki akses ke kode sumber dan dokumen desain, yang memungkinkan mereka memeriksa dan memverifikasi fungsi internal, infrastruktur, serta integrasi software.
- Proses pengujian dapat dengan mudah diotomatisasi, sehingga lebih menghemat waktu dan sumber daya.
- White box testing membantu optimasi kode dengan mengidentifikasi kesalahan tersembunyi, redundansi, dan inefisiensi.
Kekurangan Menggunakan White Box Testing
- Memerlukan sumber daya professional yang mengerti detail implementasi dan programming yang diuji.
- Semakin besar aplikasinya, waktu yang dibutuhkan akan lebih lama.
- Metode ini kurang efektif untuk UI/UX testing karena tidak memberikan wawasan tentang bagaimana user berinteraksi dengan aplikasi atau website.
BACA JUGA: Kelebihan dan Kekurangan dari Berbagai Metode Pengembangan Software
Apa Itu Black Box Testing?
Black box testing adalah metodologi utama dalam SDLC yang berfokus pada pengujian fungsionalitas eksternal software tanpa melihat struktur kode internal atau implementasi kode.
Dengan pendekatan ini, software diperiksa dari perspektif pengguna akhir untuk memastikan bahwa software berfungsi sesuai dengan spesifikasi dan kebutuhan user. Penguji akan memasukkan input ke dalam sistem dan memeriksa output-nya.
Metode black box testing digunakan dalam User Acceptance Testing untuk memastikan software memenuhi kebutuhan bisnis, Functional Testing untuk memeriksa fungsi software sesuai persyaratan, dan Non-Functional Testing untuk me-review performance, usability, dan keamanan eksternal.
Teknik Black Box Testing
Ada beberapa teknik yang digunakan untuk menguji software menggunakan metode black box testing, seperti berikut ini:
- All Pair Testing: Digunakan untuk menguji semua kombinasi dari seluruh pasangan berdasarkan input parameternya.
- Boundary Value Analysis: Digunakan untuk mencari error dari luar atau sisi dalam software.
- Cause-effect Graph: Teknik pengujian menggunakan grafik sebagai patokan, yang memberikan ilustrasi antara efek dan penyebab error.
- Equivalence Partitioning: Bekerja dengan cara membagi daya input menjadi beberapa partisi data.
- State Transition Testing: Menguji perilaku perangkat lunak di berbagai kondisi transisi.
Kelebihan & Kekurangan Black Box Testing
Kelebihan Black Box Testing
Ada beberapa keuntungan yang didapat dari pengujian jenis ini. Berikut beberapa kelebihan black box testing:
- Penguji tidak harus memiliki pengetahuan tentang suatu bahasa pemrograman.
- Proses ini dilakukan berdasarkan sudut pandang user, sehingga dapat menemukan inkonsistensi dalam product.
- Penguji tidak perlu memeriksa kode.
- Memungkinkan penguji dan developer bekerja independen tanpa mengganggu proses kerja satu sama lain.
Kekurangan Black Box Testing
- Ada risiko kesalahan yang tak terdeteksi karena tidak ada pengetahuan teknis.
- Membutuhkan dokumentasi spesifikasi yang detail agar tidak ambigu.
- Banyak test case yang perlu dijalankan sehingga memakan waktu dan sumber daya.
BACA JUGA: Testing Tools yang Wajib Diketahui oleh Setiap Software Tester
Apa itu Gray Box Testing?
Gray box testing adalah metode yang menggabungkan prinsip white box dan black box testing. Metode ini memungkinkan penguji bekerja dengan pengetahuan parsial tentang cara kerja internal aplikasi tetapi tetap fokus pada pengujian fungsi eksternal.
Metode grey box testing membantu penguji mengenali celah keamanan yang mungkin terlewatkan pada metode pengujian lainnya. Jenis metode ini dianggap lebih efektif mengevaluasi aplikasi dan web untuk melakukan integration testing.
Teknik Metode Grey Box Testing
Berikut ini beberapa teknik yang umum digunakan dalam gray box testing:
- Matrix Testing: Teknik ini mendefinisikan seluruh variabel yang ada dalam program.
- Regression Testing: Dilakukan untuk mengecek perubahan dari versi sebelumnya sehingga bisa mengetahui apa terjadi masalah pada versi baru.
- Orthogonal Array Testing: Teknik pengujian software menggunakan orthogonal arrays untuk menghasilkan test case.
Kelebihan & Kekurangan Gray Box Testing
Kelebihan Gray Box Testing
Berikut ini beberapa kelebihan grey box testing:
- Bisa dikatakan lebih sempurna dibandingkan dengan white box dan black box testing karena menggabungkan dua metode tersebut.
- Perancangan skenario desain bisa lebih baik karena penguji memiliki pengetahuan internal sistem.
- Source code atau kode sumber tidak dibutuhkan sehingga bisa terlindung dari perubahan yang disruptif.
Kekurangan Grey Box Testing
- Identifikasi kekurangan bisa jadi lebih sulit karena tidak memiliki akses ke source code.
- Metode ini kurang cocok untuk sistem yang terdistribusi
Perbedaan Black Box, Gray Box, dan White Box Testing
Secara umum, berikut ini perbedaan antara black box, gray box, dan white box testing.
White Box Testing | Gray Box Testing | Black Box Testing | |
Definisi | Pengujian dengan akses penuh ke struktur internal kode, desain, dan alur program. | Pengujian dengan pengetahuan parsial tentang internal sistem. | Pengujian hanya berdasarkan fungsionalitas eksternal, tanpa melihat kode internal. |
Fokus | Struktur internal kode, jalur logika, dan kondisi program. | Kombinasi pengujian struktur internal dan eksternal. | Fungsionalitas aplikasi dari perspektif pengguna akhir. |
Pengetahuan yang Diperlukan | Pengetahuan mendalam tentang kode sumber dan arsitektur sistem. | Pengetahuan parsial tentang kode sumber atau arsitektur sistem. | Tidak memerlukan pengetahuan tentang kode sumber. |
Tujuan Utama | Menjamin kode bebas dari kesalahan logika, keamanan, dan optimasi. | Menguji fungsionalitas serta mengidentifikasi masalah integrasi. | Memastikan perangkat lunak sesuai dengan kebutuhan dan berfungsi sebagaimana mestinya. |
Teknik Pengujian | Basis Path TestingBranch Coverage:Condition CoverageLoop TestingMultiple Condition CoverageStatement Coverage | All Pair TestingBoundary Value AnalysisCause-effect GraphEquivalence PartitioningState Transition Testing | Matrix TestingRegression TestingOrthogonal Array Testing |
Contoh Penggunaan | Unit testing untuk memeriksa jalur logika kode.Analisis kerentanan keamanan dalam kode. | Integrasi modul dalam sistem kompleks.Pengujian keamanan dengan pengetahuan terbatas. | Pengujian fungsionalitas aplikasi seperti login, navigasi, dan input/output. |
Kapan Digunakan? | Pada fase awal pengembangan untuk memastikan kualitas kode. | Selama integrasi modul atau pengujian keamanan. | Pada fase akhir untuk validasi sistem secara menyeluruh dari perspektif pengguna. |
Contoh Tools | – JUnit, PyTest, SonarQube, ESLint | – Selenium, Postman, Burp Suite | – Selenium, TestRail, Appium, SoapUI |
Siapa yang Melakukan? | Biasanya developer atau penguji dengan keterampilan pemrograman. | Developer atau penguji dengan pengetahuan teknis sebagian. | QA tester atau user. |
Kesimpulan
Memahami perbedaan metode White Box, Black Box, dan Grey Box Testing menjadi hal penting untuk meningkatkan kualitas software sebelum dirilis ke pengguna akhir. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan yang unik, sehingga dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan proyek.
Pengujian ini membantu perusahaan mengidentifikasi cacat atau kesalahan dalam software sehingga produk ramah pengguna dan mencegah biaya yang lebih besar akibat produk yang gagal.
Oleh karena itu, Functional Testing dengan metode Black Box, Grey Box, atau white Box Testing harus diprioritaskan. Jika Anda masih ragu untuk menggunakan metode apa yang tepat, tim Badr Interactive siap membantu.
Dapatkan konsultasi gratis dengan tim kami untuk menciptakan sistem yang terjamin kualitas dan memastikan keberhasilan produk software Anda.