Layanan Non-Development: UX Audit
Pada era persaingan bisnis digital yang ketat ini, pengalaman pengguna (UX) yang baik menjadi penentu keberhasilan sebuah bisnis. Faktanya, 88% konsumen online tidak akan kembali setelah mendapatkan pengalaman yang buruk (Toptal).
UX Audit adalah proses evaluasi komprehensif terhadap produk digital, baik dalam hal antarmuka pengguna, navigasi, keterbacaan, maupun performa secara keseluruhan. Tujuannya adalah mengidentifikasi masalah UX yang dapat menghambat pertumbuhan bisnis dan memberikan rekomendasi perbaikan yang efektif.
Sebagai penyedia layanan UX Audit yang bersifat non-development, Badr Interactive berkomitmen membantu bisnis digital untuk mencapai targetnya melalui peningkatan UX. Dalam artikel ini, kami akan berbagi 4 langkah praktis melakukan UX Audit yang optimal berdasarkan pengalaman yang telah kami lakukan.
Langkah 1: Melakukan Evaluasi
Memilih Metode Evaluasi
Salah satu metode evaluasi UX yang paling populer digunakan adalah Nielsen’s 10 Heuristics. Metode yang dirilis oleh Jakob Nielsen pada 1994 ini memiliki keunggulan berupa praktiknya yang mudah dipahami, serta bisa digunakan untuk berbagai tipe interface.
Selain Nielsen’s 10 Heuristics, terdapat berbagai metode evaluasi lain yang dapat Anda pertimbangkan, seperti domain-specific heuristics, Shneiderman’s 8 golden rules, dan ISO’s 7 dialog principles. Metode-metode ini berguna untuk produk digital yang membutuhkan konteks dan kriteria evaluasi yang lebih spesifik. Namun, jika Anda baru memulai, Nielsen’s 10 Heuristics adalah pilihan yang baik untuk memulai UX Audit.
Menentukan Cakupan Evaluasi
Untuk memastikan UX Audit berjalan efektif, sangat disarankan untuk menentukan skenario alur penggunaan produk digital yang akan dievaluasi di awal. Hal ini akan membantu Anda menjaga fokus terhadap batasan yang diperlukan saja. Semakin spesifik cakupannya, semakin mudah untuk mengidentifikasi masalah usability dan memberikan rekomendasi perbaikan yang tepat. Misalnya, jika Anda ingin mengevaluasi alur pendaftaran pengguna baru, maka cukup fokus pada halaman-halaman yang muncul selama proses pendaftaran tersebut.
Selanjutnya, coba simulasikan alur yang ditentukan secara sekilas dari awal hingga akhir. Tujuannya untuk memahami cara kerja sistem secara umum saja. Pada tahap ini, jangan menilai apapun terlebih dahulu. Setelah merasa familiar dengan alur penggunaannya, saatnya melakukan evaluasi!
Mulai Evaluasi
Agar evaluasi berjalan dengan efisien, atur time-box durasi total pada rentang 1-2 jam saja untuk keseluruhan alur yang ditentukan. Setelah itu, mulai identifikasi elemen desain, fitur, interaksi, ataupun keputusan desain lain, baik yang tidak memenuhi maupun yang sudah sesuai dengan standar Nielsen’s 10 Heuristics. Dokumentasikan bukti temuan dengan mengambil screenshot halaman terkait dan membuat catatan singkat. Pencatatan bisa menggunakan tools seperti Google Sheet, Office 365 Excel, ataupun Figma.
Di Badr Interactive, kami memilih Figma untuk mendokumentasikan seluruh artefak evaluasi dengan memanfaatkan template yang sudah disusun oleh UI/UX Design Team. Anda dapat melihat versi sederhana dari template tersebut dengan mengunduh melalui link yang tersedia di akhir artikel ini.
Langkah 2: Mengolah Bukti dan Temuan
Tahap pengolahan bukti dan temuan merupakan bagian yang sangat penting dalam UX Audit. Dengan memahami tingkat keparahan (severity) dan tingkat kesulitan perbaikan (effort) untuk setiap masalah, Anda dapat menentukan prioritas perbaikan yang paling efektif. Proses ini memang membutuhkan waktu yang cukup lama, namun investasi waktu ini akan sangat bermanfaat secara jangka panjang bagi performa bisnis digital Anda. Sebagai rekomendasi, sebaiknya pilih perbaikan dari masalah yang memiliki tingkat keparahan paling tinggi namun tingkat kesulitannya paling rendah.
Langkah 3: Memberikan Design Recommendation
Langkah selanjutnya adalah merancang desain sebagai rekomendasi solusi untuk masalah-masalah yang menjadi prioritas perbaikan. Rekomendasi sebaiknya dibuat dalam bentuk desain low-fidelity sebagai media visual untuk mengkomunikasikan ide dan mendapatkan masukan secara cepat.
Pastikan pembahasan design recommendation ditulis menggunakan bahasa yang ringkas, mudah dipahami, dan hindari penggunaan jargon teknis yang kompleks. Pengalaman kami melakukan UX Audit untuk salah satu lembaga filantropi terbesar di Indonesia menunjukkan bahwa pendekatan ini sangat efektif. Dengan demikian, semua pihak termasuk yang tidak memiliki latar belakang teknis dapat dengan cepat mengerti next actions yang perlu dilakukan.
Langkah 4: Menyusun Laporan Akhir UX Audit
Laporan akhir UX Audit merupakan dokumentasi dari seluruh hasil UX Audit yang telah dilakukan. Laporan ini terdiri dari ringkasan bukti dan temuan, analisis atas setiap masalah, serta rekomendasi perbaikan yang disertai desain low-fidelity. Dengan adanya laporan ini, klien mendapatkan referensi yang jelas mengenai kondisi UX produk digitalnya. Selain itu, laporan ini juga dapat digunakan sebagai dasar perencanaan pengembangan produk selanjutnya.
Kesimpulan
Proses UX Audit merupakan langkah penting untuk meningkatkan kualitas pengalaman pengguna produk digital. Durasi proses ini dapat bervariasi tergantung pada kompleksitas produk dan tujuan audit.
Selama proses audit, kami tetap melibatkan klien secara aktif melalui user interview untuk mendapatkan pemahaman mendalam terkait kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh klien maupun end-user. Hasil akhir dari audit akan berupa laporan lengkap yang berisi temuan, analisis, dan rekomendasi perbaikan.
Jika Anda membutuhkan layanan UX Audit untuk produk digital Anda, jangan ragu untuk menghubungi Badr Interactive melalui WhatsApp atau formulir Contact Us di website kami.