Bisnis modern bergantung pada teknologi agar operasionalnya lebih efisien. Salah satu elemen terpenting dalam infrastruktur teknologi adalah software, yang digunakan untuk berbagai keperluan seperti mengelola data hingga meningkatkan efisiensi dan produktivitas tim.
Memilih software yang tepat bukan hanya soal fitur yang ditawarkan, tetapi juga tentang bagaimana software tersebut diimplementasikan dalam sistem bisnis.
Dua pilihan utama yang tersedia bagi perusahaan adalah cloud-based software dan on-premise software. Keduanya memiliki keunggulan dan tantangan masing-masing, tergantung pada beberapa faktor, seperti keamanan, biaya, fleksibilitas, dan kebutuhan spesifik bisnis.
Pada artikel ini, kami akan membahas mengenai perbedaan antara cloud-based software dan on-premise software, termasuk definisi, perbedaannya, serta faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih solusi yang paling tepat untuk bisnis Anda.
Definisi dan Cara Kerja Cloud-Based vs On-Premise Software
Sebelum memahami perbedaannya, penting untuk mengetahui bagaimana cara kerja dari masing-masing solusi.
Apa Itu On-Premise Software?
On-premise software adalah jenis software yang di-install dan dijalankan di infrastruktur internal milik perusahaan. Artinya semua sistem, termasuk server, jaringan, dan database, berada dalam kendali penuh perusahaan.
Model ini memungkinkan Anda memiliki akses sepenuhnya terhadap software dan data perusahaan, karena semuanya tersimpan secara lokal di dalam kantor atau pusat data perusahaan.
Dalam implementasi on-premise, perusahaan harus membeli lisensi software, menyiapkan hardware yang diperlukan, serta membangun tim IT internal yang bertanggung jawab atas maintenance, updates, dan keamanan sistem.
Perusahaan juga diberikan fleksibilitas penuh dalam hal kustomisasi. Anda dapat mengubah atau menyesuaikan software sesuai dengan kebutuhan.
Namun, biaya awal untuk membangun infrastruktur on-premise bisa sangat tinggi, karena mencakup pembelian hardware, lisensi software, serta biaya operasional untuk pemeliharaan sistem.
Selain itu, risiko seperti kegagalan sistem atau serangan siber harus dikelola secara internal oleh tim IT perusahaan.
Apa Itu Cloud-Based Software?
Cloud-based software adalah solusi yang berjalan di server eksternal milik penyedia layanan cloud dan diakses melalui internet. Dengan model ini, perusahaan tidak perlu memiliki hardware sendiri, karena semua infrastruktur dikelola oleh penyedia layanan cloud, seperti Amazon Web Services (AWS), Google Cloud, atau Microsoft Azure.
Dalam sistem cloud, data dan aplikasi tidak disimpan di dalam kantor perusahaan, melainkan di pusat data penyedia layanan cloud. Pengguna dapat mengakses software ini dari mana saja selama mereka memiliki koneksi internet.
Salah satu keuntungan cloud-based software adalah kemampuannya untuk di-update secara otomatis oleh penyedia layanan, sehingga perusahaan tidak perlu khawatir tentang updates atau keamanan sistem.
Cloud-based software menawarkan fleksibilitas yang tinggi karena bisnis bisa beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan skala bisnis. Namun, di balik itu, Anda juga harus mempercayakanan penyimpanan dan pengelolaan data kepada pihak ketiga. Hal ini tentu bisa menjadi kekhawatiran bagi bisnis yang memiliki regulasi ketat terkait keamanan informasi, seperti perbankan.
Perbedaan Cloud-Based dan on-Premise
Setelah mengetahui definisi masing-masing, kini ketahui perbedaannya. Tujuannya, agar membantu Anda menemukan pilihan yang tepat bagi bisnis. Berikut ini perbedaannya.
Pengelolaan Infrastruktur atau Sistem
Salah satu perbedaan utama antara cloud-based dan on-premise software terletak pada kepemilikan dan pengelolaan infrastruktur. Dalam sistem on-premise, perusahaan memiliki kendali penuh atas server dan software yang digunakan. Perusahaan bertanggung jawab atas pengelolaan data, keamanan, dan software custome dengan kebutuhan bisnis.
Sebaliknya, dalam sistem cloud, infrastruktur dan software dikelola oleh penyedia layanan, sementara perusahaan hanya bertindak sebagai pengguna yang mengakses sistem tersebut melalui internet.
Keamanan
Dalam hal keamanan dan kontrol data, on-premise memberikan keuntungan karena data perusahaan tetap berada dalam lingkungan internal yang tidak terhubung ke penyedia pihak ketiga. Hal ini menjadikannya pilihan yang lebih aman bagi bisnis yang beroperasi di sektor yang memiliki regulasi ketat, seperti perbankan dan layanan kesehatan.
Sebaliknya, cloud-based software mengandalkan penyedia layanan untuk mengamankan data. Meskipun biasanya memiliki keamanan canggih, tetap memiliki risiko terkait aksesibilitas dan kepemilikan data.
Skalabilitas dan Fleksibilitas
Cloud-based software memungkinkan perusahaan untuk menambah atau mengurangi kapasitas sesuai dengan kebutuhan tanpa harus membeli hardware tambahan. Ini membuatnya sangat ideal bagi bisnis yang sedang berkembang atau memiliki pola penggunaan yang tidak stabil.
Sebaliknya, on-premise membutuhkan investasi tambahan jika perusahaan ingin memperluas kapasitas sistemnya, karena harus membeli hardware baru dan memperbarui infrastruktur secara manual.
Aksesibilitas
Selain itu, perbedaan lainnya dapat dilihat dari segi aksesibilitas. Cloud-based software lebih unggul karena dapat diakses dari mana saja dengan koneksi internet. Jadi, perusahaan yang menerapkan WFH/WFA akan sangat bermanfaat. Terlebih lagi jika perusahaan Anda memiliki banyak cabang yang berada di berbagai lokasi.
Sementara itu, on-premise software hanya bisa diakses dari dalam jaringan internal perusahaan, kecuali jika perusahaan mengimplementasikan jaringan pribadi virtual (VPN) atau sistem remote access yang aman.
Biaya
Dari segi biaya, on-premise software biasanya membutuhkan investasi awal yang besar karena perusahaan harus membeli hardware, lisensi software, dan membangun infrastruktur IT.
Sementara Cloud-Based software menawarkan solusi yang lebih fleksibel terutama dalam hal struktur biaya, maintenance, dan kemampuan beradaptasi terhadap kebutuhan bisnis yang berubah.
Sebagai perbandingan, berikut ini perbedaan biaya Cloud-Based vs On-Premise software.
Jenis Biaya | On-Premise | Cloud-Based |
Biaya Awal | Membutuhkan investasi awal yang besar untuk pembelian hardware dan infrastruktur. | Menggunakan model Subscription, sehingga biaya awal lebih rendah. |
Maintenance Cost | Membutuhkan sumber daya untuk maintenance, termasuk biaya ruang server, listrik, dan tenaga ahli IT. | Penyedia layanan cloud bertanggung jawab atas maintenance, sehingga mengurangi kebutuhan sumber daya internal. |
Scalability Cost | Jika ingin meningkatkan kapasitas, perusahaan harus membeli hardware tambahan dan melakukan konfigurasi ulang, yang dapat meningkatkan budget. | Cloud memungkinkan penyesuaian kapasitas dengan cepat tanpa biaya tambahan yang besar. Skalabilitas lebih fleksibel dan efisien. |
Upgrade Cost | Upgrade sistem dapat mahal karena seringkali membutuhkan hardware baru atau konfigurasi ulang sistem. | Pembaruan software biasanya sudah termasuk dalam biaya berlangganan dan dilakukan otomatis oleh penyedia layanan. |
Data Loss Cost | Jika terjadi kerusakan sistem atau serangan siber, ada risiko kehilangan data permanen yang bisa menyebabkan kerugian finansial. | Cloud menyediakan langkah-langkah perlindungan data yang lebih canggih, sehingga risiko kehilangan data lebih kecil. |
Mana yang Lebih Baik untuk Bisnis Anda?
Memilih antara cloud-based dan on-premise software sangat bergantung pada kebutuhan spesifik bisnis Anda. Jika perusahaan Anda membutuhkan kontrol penuh atas data, memiliki regulasi yang ketat terkait keamanan informasi, serta memiliki anggaran yang cukup untuk membangun infrastruktur IT sendiri, maka on-premise adalah pilihan yang lebih tepat.
Model ini cocok untuk organisasi yang ingin menghindari ketergantungan pada penyedia layanan eksternal dan memiliki tim IT internal yang kuat untuk mengelola sistem mereka.
Sebaliknya, jika perusahaan Anda ingin mengurangi biaya di awal, membutuhkan fleksibilitas dalam penggunaan software, serta ingin menghindari beban maintenance infrastruktur IT, maka cloud-based software adalah pilihan yang lebih praktis.
Jenis ini akan sangat sesuai untuk startup, bisnis dengan tim kerja remote, atau perusahaan yang sedang berkembang pesat dan membutuhkan solusi yang mudah disesuaikan dengan skala bisnis mereka.
Selain dua model tersebut, beberapa perusahaan juga memilih hybrid cloud, yaitu kombinasi antara on-premise dan cloud-based. Model ini memungkinkan perusahaan untuk menyimpan data sensitif di server internal mereka, sementara bagian lain dari sistem mereka dijalankan di cloud untuk mendapatkan fleksibilitas dan efisiensi operasional.
Kesimpulan
Sudah tau akan menggunakan cloud-based atau on-premise software? Keputusan ini bukan hanya soal teknologi, tetapi juga strategi bisnis dan kebutuhan jangka panjang perusahaan. Setiap model memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan pemilihan yang tepat harus didasarkan pada faktor seperti biaya, keamanan, dan skalabilitas bisnis Anda.
Tidak perlu bingung lagi menentukan cloud-based vs on-premise software untuk bisnis Anda. Konsultasikan kebutuhan teknologi bisnis Anda bersama tim Badr Interactive.
Need the Right Digital Solution for Your Business?
We’re here to help you design the best digital solutions tailored to your business needs.