Bayangkan Anda adalah seorang pemimpin perusahaan atau pejabat level tinggi yang punya waktu terbatas untuk memahami data. Dashboard yang baik seperti sahabat yang memahami apa yang kita butuhkan. Dashboard langsung menunjukkan informasi penting untuk membantu kita memahami situasi. Dengan begitu, kita jadi tahu langkah-langkah selanjutnya yang perlu diambil. Dashboard bukan sekadar kumpulan grafik, melainkan alat yang memberikan kejelasan di tengah banyaknya informasi. Fungsi dashboard adalah menjawab pertanyaan “Apa yang terjadi saat ini?” dengan cepat, seperti panel instrumen di dashboard mobil.
Sayangnya, banyak dashboard justru membingungkan karena terlalu penuh atau menyajikan data yang tidak relevan. Secara visual dashboard terlihat menarik, tetapi tidak membantu pengguna membuat keputusan. Pada era data yang bergerak cepat ini, dashboard harus lebih dari sekadar statis. Dashboard perlu memberikan insight secara realtime dan mendorong pengambilan keputusan cepat sebelum masalah membesar. Mari kita bahas bagaimana tips mendesain dashboard agar mendukung strategi bisnis dan pengambilan kebijakan dengan pendekatan yang berfokus pada kebutuhan pengguna: mengutamakan empati dan clarity.
1. Start with Your Users
Sebelum menyentuh Figma, dengarkan terlebih dahulu cerita orang-orang yang akan menggunakan dashboard tersebut sehari-hari, entah itu CEO, manajer, analis, tim operasional, atau yang lain. Setiap stakeholder memiliki perspektif yang berbeda meskipun datanya sama. Cari tahu keputusan apa saja yang perlu mereka ambil dan data apa yang benar-benar penting bagi mereka. Apa yang membuat mereka terjaga di malam hari?

Tak jarang, designer membuat desain dashboard yang menurutnya keren: clean, responsif, bebas dari isu teknis dan data. Setelah dipresentasikan, ternyata klien tidak menyukainya karena tidak sesuai dengan kebutuhan mereka. Desain dashboard yang baik harus dimulai dari empati. Tanpa memahami konteks dan sudut pandang pengguna, dashboard jadi sekadar sekumpulan grafik dan angka yang terlihat bagus di mata, tapi tidak membantu mereka mengambil keputusan.
2. Susun Data Seperti Cerita
Data bukan hanya angka, melainkan cerita yang bermakna. Designer perlu menentukan daftar indikator yang benar-benar penting dan memiliki dampak besar. Buat desain dashboard seperti alur cerita dengan memposisikan indikator utama di posisi atas untuk menarik perhatian, data yang sifatnya tren di tengah untuk memberikan gambaran, dan data yang detail di bagian bawah jika pengguna perlu mendapatkan informasi yang lebih rinci.
Selain itu, penting juga untuk menambahkan konteks agar data tidak terkesan berdiri sendiri-sendiri, bisa dengan menambahkan judul indikator, menampilkan label dan legenda, atau menampilkan deskripsi definisi indikator beserta rumusnya. Adanya konteks membantu pengguna mengetahui seberapa serius masalahnya. Dengan menyusun data seperti cerita yang mengalir, pengguna akan merasa dipandu dengan baik sehingga lebih mudah memahami makna data di dashboard.

3. Pilih Grafik yang Tepat
Grafik adalah alat untuk menyampaikan pesan, bukan hiasan. Gunakan grafik batang untuk membandingkan, grafik garis untuk menunjukkan tren, dan seterusnya. Jangan mengutamakan penggunaan jenis grafik yang secara visual terlihat menarik, seperti grafik radar/spider ataupun diagram sankey, tapi ternyata tidak familiar dan sulit dimengerti pengguna. Pemilihan grafik yang tepat seperti memilih kata yang pas dalam percakapan. Jika salah pilih, pesan jadi tidak tersampaikan dengan baik. Sebagai referensi, Anda bisa membaca petunjuk penggunaan dari setiap jenis grafik melalui web Storytelling with Data.
Selain itu, selalu pastikan terlebih dulu, grafik ini membantu menjelaskan apa. Tujuannya agar setiap grafik yang ditampilkan mampu menjawab pertanyaan bisnis dengan jelas dan mudah dipahami. Jika tidak langsung menjawab pertanyaan bisnis, sebaiknya dihapus atau diganti saja. Dengan pendekatan ini, dashboard menjadi alat bantu yang informatif serta mendorong pengambilan keputusan bagi para penggunanya.
4. Clutter

Clutter merujuk pada kondisi ketika visualisasi dipenuhi terlalu banyak elemen sehingga membuat informasi sulit dipahami. Pernahkah Anda menganggap tumpukan barang yang kita simpan masih digunakan? Misalnya tas yang selama ini kita gunakan sejak kuliah telah rusak akan tetapi masih berat hati untuk membuangnya. Walaupun sebagian besar barang itu dulunya bermanfaat, barang-barang tersebut kini tinggal kenangan.
Otak manusia punya keterbatasan dalam memproses informasi, semakin ramai visual yang tertangkap oleh mata, semakin sulit seseorang untuk menemukan sesuatu yang penting. Hal yang sama berlaku untuk visualisasi data. Kita cenderung menempatkan banyak elemen visual data yang dulu memang digunakan tapi sudah tidak relevan dengan konteks data dan cerita yang ingin kita sampaikan melalui angka atau grafik tersebut.
Dilansir dari International Council of Design dari tulisannya mengenai Design professionalism yaitu designer seringkali terlanjur jatuh hati dengan rancangan desainnya sendiri, tanpa disadari ada banyak elemen visual yang memenuhi ruang akan tetapi tidak menambah pemahaman pengguna. Masih ingat pendekatan yang disebutkan di awal mengenai empati? Mulailah bertanya “apakah elemen ini membuat data yang ditampilkan lebih informatif?”
5. Menarik Perhatian pada Informasi Penting
Pada artikel kami yang lain mengenai Pre-Attentive Processing dijelaskan bahwa otak manusia mampu mengenali pola atau elemen visual dengan cepat. Seperti apakah pola atau objek yang dimaksud? Jawabannya ada pada Pre-Attentive Attribute, yaitu komponen atau atribut visual yang langsung tertangkap perhatian kita tanpa disadari.
Misalnya, seorang pengguna memesan GoRide melalui aplikasi Gojek. Saat tiba di titik penjemputan, pengemudi tidak bisa menemukan pengguna tersebut di tengah kerumunan.
Pengemudi lantas bertanya melalui aplikasi, "Bapak/Ibu yang mana, ya?".
Pengguna pun menjawab, "saya yang memakai baju hijau, celana kuning, sambil melambaikan tangan!".
Dengan deskripsi tersebut, pengemudi dapat dengan mudah mengenali penumpangnya karena ada atribut visual yang langsung dikenali, seperti warna dan gerakan. Konsep properti visual pre-attentive ini dapat diterapkan pada visualisasi data untuk mengkomunikasikan informasi secara lebih efektif.
Studi Kasus: Desain Dashboard Keuangan untuk UMKM

Untuk membantu Anda memahami prinsip data storytelling dengan lebih baik, BADR Interactive melakukan studi kasus sederhana terkait pembuatan desain dashboard keuangan bagi business owner. Kami melakukan wawancara singkat kepada Abidah Syauqina selaku former CEO dan Subject Matter Expert TemanBisnis mobile app, untuk mendapatkan data sesuai dengan kondisi di lapangan. TemanBisnis adalah aplikasi mobile layanan pencatatan dan pengelolaan keuangan yang dirancang khusus untuk para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia.
- Latar Belakang Pengguna: Pemilik UMKM di Indonesia yang tidak selalu berlatar belakang akuntansi atau keuangan.
- Tujuan Penggunaan: Pemilik UMKM menggunakan aplikasi Teman Bisnis untuk mengelola keuangan, membuat laporan yang terstandardisasi SAK EMKM, dan memantau kondisi bisnis mereka secara realtime agar bisa mengambil keputusan bisnis yang lebih tepat dan berbasis data.
- Kebutuhan Data Utama: Untuk membantu pemilik UMKM memahami kondisi bisnis secara cepat, fokus ada pada dua area utama.
- Kas dan Profit: Informasi laba dan rugi serta arus kas sangat penting. Keduanya harus tersedia dalam berbagai periode waktu, mulai dari bulanan, kuartalan, hingga tahunan.
- Utang Piutang: Dashboard juga harus memuat informasi utang dan piutang agar penagihan dapat terpantau dan dikelola dengan lebih cepat.

Dari hasil wawancara tersebut, kami menyimpulkan bahwa fokus dashboard perlu secara langsung menjawab pertanyaan penting bagi pemilik bisnis, yaitu “Apakah saya untung?” dan “Bagaimana kondisi uang kas saya?”. Dengan menempatkan metrik indikator seperti Laba Rugi dan Arus Kas Bersih di posisi paling atas, informasi paling penting dapat diakses dalam hitungan detik untuk memberikan gambaran kesehatan finansial yang jelas dan cepat. Strategi desain ini membuat fungsi dashboard bukan sekadar untuk memonitor data, tetapi juga sebagai alat diagnostik yang vital.
Selanjutnya, dalam menyusun alur cerita data yang mengalir, data divisualisasikan dari gambaran besar ke detail yang lebih spesifik. Setelah mengetahui status laba dan kas, pengguna dapat melihat tren pendapatan dan pengeluaran dari waktu ke waktu sehingga mendapatkan konteks yang mendalam. Penambahan bagian utang dan piutang di sisi kanan membantu pengambilan keputusan strategis dengan mengubah data pasif menjadi aksi langsung yang membantu pengguna mengelola operasional sehari-hari.
Dengan menggabungkan informasi strategis dan taktis dalam satu tampilan, dashboard keuangan ini tidak hanya informatif, tetapi juga mendorong pemilik UMKM untuk mengambil keputusan yang lebih cerdas dan berbasis data.
Kesimpulan
Membuat dashboard pada zaman yang penuh dengan data adalah tentang membantu pengguna membuat keputusan yang lebih baik. Dengan memahami pengguna serta menyajikan data secara jelas dan sederhana, dashboard bisa menjadi alat yang sangat membantu, baik di area bisnis maupun kebijakan publik. Untuk membantu Anda mendapatkan gambaran lebih mendalam terkait contoh desain dashboard yang mendukung strategi bisnis dan pengambilan kebijakan, BADR Interactive menyediakan free dashboard template dalam bentuk file Figma yang bisa diunduh secara gratis. Selamat mendesain dashboard!