Data as a Service (DaaS) semakin banyak diadopsi oleh perusahaan dan instansi pemerintah sebagai fondasi transformasi digital. Layanan ini menjanjikan efisiensi, kecepatan, serta kemampuan analitik yang lebih baik. Namun, di balik potensi besar tersebut, implementasi DaaS tidak selalu berjalan mulus. Terdapat sejumlah tantangan yang kerap menghambat proses adopsi, mulai dari faktor teknis hingga kesiapan sumber daya manusia.
BACA JUGA: Memahami Data as a Service (DaaS): Konsep & Manfaat Utama
Masalah Umum dalam Implementasi DaaS
Salah satu hambatan utama dalam mengadopsi DaaS adalah silo data. Banyak organisasi menyimpan data dalam sistem terpisah yang tidak saling terhubung, sehingga menyulitkan integrasi. AWS, misalnya, menekankan bahwa data yang terisolasi dan sistem legacy sering menjadi penghalang utama dalam mengakses informasi secara efektif.
Selain itu, sistem lama (legacy system) yang kaku juga menghambat adopsi teknologi baru. Integrasi dengan aplikasi modern membutuhkan usaha ekstra, baik dari sisi teknis maupun biaya. Tidak hanya itu, keterbatasan kompetensi tim—khususnya dalam pengelolaan data berbasis cloud—menjadi tantangan tambahan. Kekhawatiran terkait keamanan data pun sering kali membuat organisasi ragu untuk beralih ke model layanan berbasis cloud.
Solusi Teknis untuk Mengatasi Hambatan
Pendekatan teknis yang tepat dapat membantu organisasi melewati tantangan tersebut. Salah satu strategi yang efektif adalah migrasi bertahap ke cloud. Dengan memindahkan sistem secara parsial, risiko kegagalan dapat diminimalisir sambil memberi waktu bagi tim untuk beradaptasi.
Selain itu, penggunaan API untuk integrasi memungkinkan sistem lama tetap berjalan sembari menghubungkannya dengan platform DaaS modern. Proses pengolahan data pun dapat dipercepat melalui otomatisasi pipeline data, yang mengurangi ketergantungan pada proses manual dan meningkatkan konsistensi.
Faktor People & Process dalam Adopsi DaaS
Implementasi DaaS bukan hanya soal teknologi, tetapi juga melibatkan aspek manusia dan proses kerja. Pelatihan SDM sangat penting untuk memastikan tim memiliki kompetensi dalam mengelola sistem data berbasis cloud. Lebih dari itu, organisasi perlu melakukan perubahan budaya menuju metodologi data-driven, di mana keputusan bisnis didasarkan pada data, bukan intuisi semata.
Dukungan dari kepemimpinan tingkat C-level juga memegang peranan penting. Tanpa komitmen dari manajemen puncak, proyek DaaS berisiko kehilangan arah dan gagal memberikan hasil maksimal.
Pentingnya Keamanan dalam DaaS
Keamanan harus menjadi prioritas sejak tahap awal implementasi. Praktik DevSecOps dapat diterapkan untuk memastikan keamanan terintegrasi dalam setiap proses pengembangan dan operasi data. Selain itu, organisasi perlu memastikan kepatuhan terhadap regulasi industri maupun pemerintah, seperti GDPR atau standar lokal yang berlaku. Dengan demikian, data tetap terlindungi tanpa mengurangi fleksibilitas penggunaan.
Kesimpulan
Mengimplementasikan DaaS memang penuh tantangan, mulai dari hambatan teknis seperti silo data dan sistem legacy, hingga aspek non-teknis seperti kompetensi tim dan budaya organisasi. Namun, dengan strategi migrasi bertahap, integrasi berbasis API, otomatisasi pipeline data, serta komitmen terhadap keamanan dan perubahan budaya kerja, tantangan tersebut dapat diatasi.
Pada akhirnya, pendekatan strategis dalam implementasi DaaS akan menghasilkan manfaat jangka panjang: akses data yang lebih cepat, pengambilan keputusan berbasis insight, dan fondasi kuat untuk inovasi digital di masa depan.





