Dalam industri UI/UX Designer, proses rekrutmen seringkali terasa seperti melewati sebuah labirin yang panjang dan kompleks. Mulai dari portofolio hingga berbagai macam tes dan wawancara, setiap tahap memiliki tantangan tersendiri. Namun, proses rekrutmen yang berlarut-larut sering kali membuat proses seleksi terasa melelahkan, baik bagi perusahaan maupun kandidat. Setelah melalui serangkaian proses, kandidat belum tentu diterima karena persaingan yang ketat dan standar perusahaan yang tinggi. Namun, proses yang panjang ini bisa berdampak negatif, tidak hanya bagi kandidat yang kehilangan banyak waktu dan energi, tapi juga bagi perusahaan yang mungkin melewatkan potensi kandidat terbaik yang mencari proses yang lebih cepat.
Sebagai bagian dari industri teknologi yang semakin berkembang, kebutuhan role UI/UX Designer terus meningkat. Di sisi lain, perusahaan juga menghadapi tantangan dalam menemukan talenta yang tepat di tengah persaingan yang ketat.
Perusahaan di Indonesia perlu belajar untuk membuat proses rekrutmen UI/UX designer yang lebih ramping, efektif, dan efisien agar memberikan keuntungan bagi kedua pihak, baik perusahaan yang mencari talenta terbaik dalam waktu yang efisien maupun kandidat yang mencari pekerjaan.
Pengujian yang Tepat
Melakukan rangkaian seleksi yang panjang tidak selalu efektif dalam mengidentifikasi kandidat UI/UX designer yang sesuai. Menurut Sigit Adinugroho, product design leader di Tripadvisor, dalam tulisannya di Medium.com, pendekatan ini justru seringkali kontraproduktif dalam proses rekrutmen UI/UX designer. Pengujian yang baik sebenarnya tidak harus berlarut-larut, melainkan lebih selektif dan fokus pada keterampilan serta potensi yang relevan untuk role UI/UX tersebut. Berikut adalah beberapa poin penting mengenai pengujian yang tepat:
- Identifikasi Kebutuhan Kompetensi
Langkah awal yang penting dalam membuat proses seleksi yang tepat adalah dengan mengenali secara spesifik keterampilan dan kompetensi yang benar-benar dibutuhkan perusahaan dari seorang UI/UX designer. Tidak semua posisi UI/UX membutuhkan keterampilan yang sama; misalnya, beberapa perusahaan membutuhkan fokus pada riset pengguna, sementara yang lain mungkin lebih menekankan design visual atau interaksi. Dengan mengetahui kebutuhan spesifik ini, perusahaan dapat menghindari tes yang berlebihan dan hanya berfokus pada kompetensi inti yang relevan. - Hindari Tahapan yang Berulang
Dalam banyak kasus, beberapa tahapan seleksi seringkali menguji kompetensi yang sama, yang hanya membuang-buang waktu bagi perusahaan maupun kandidat. Sebagai contoh, jika kemampuan analisis kandidat sudah teruji dalam design challenge, maka user interview tidak perlu terlalu mendalami aspek yang sama. Menghindari pengulangan seperti ini dapat mempercepat proses seleksi dan membantu kandidat merasa dihargai karena waktunya digunakan dengan efektif. - Menggunakan Design Challenge yang Terukur dan Relevan
Design challenge adalah salah satu metode seleksi paling umum untuk UI/UX designer. Namun, design challenge yang terlalu rumit atau tidak relevan sering kali menyebabkan kandidat merasa tidak dihargai. Design challenge yang baik seharusnya dapat menilai kompetensi kandidat dalam waktu yang wajar dan fokus pada tantangan yang akan dihadapi kandidat saat bekerja di perusahaan tersebut. Misalnya, jika perusahaan memiliki produk aplikasi mobile, design challenge bisa berupa kasus desain sederhana untuk aplikasi mobile yang umum, bukan yang rumit dan menyita banyak waktu. - Fokus pada Kemampuan Praktis dan Proses Berpikir
Pengujian yang tepat lebih mengutamakan pemahaman pada proses berpikir dan kemampuan memecahkan masalah secara praktis. Daripada hanya mengevaluasi hasil akhir dari sebuah design, proses seleksi bisa memberikan penekanan lebih pada bagaimana kandidat berpikir, memahami masalah, dan memberikan solusi. Metode seperti whiteboard challenge atau live design session memungkinkan perusahaan melihat kemampuan kandidat untuk merespon masalah dan mengembangkan solusi secara langsung. Ini lebih menggambarkan bagaimana kandidat akan berkontribusi dalam lingkungan kerja sebenarnya. - Perhatikan Pengalaman Kandidat dan Portofolio
Daripada hanya mengandalkan serangkaian tes, perusahaan juga bisa mempertimbangkan portofolio dan pengalaman kerja kandidat sebagai indikator kompetensi mereka. Dengan menilai portofolio secara mendalam, perusahaan bisa mendapatkan gambaran nyata tentang kemampuan kandidat dalam berbagai jenis proyek. Tahap ini dapat menggantikan beberapa tes teknis jika kandidat sudah menunjukkan pengalaman kerja yang relevan dan berkualitas. - Waktu yang Proporsional untuk Proses Seleksi
Menghindari proses yang terlalu lama penting agar tidak melelahkan kandidat. Idealnya, setiap tahap seleksi dapat diselesaikan dalam waktu yang cukup singkat, misalnya 1-2 minggu. Proses yang terlalu lama sering kali membuat kandidat potensial merasa frustrasi dan beralih ke peluang lain yang lebih cepat. Dengan menyederhanakan tahapan seleksi, perusahaan akan lebih cepat mendapatkan kandidat yang terbaik dan meningkatkan peluang kandidat tetap tertarik pada perusahaan.
Secara keseluruhan, pengujian yang tepat dalam rekrutmen UI/UX designer haruslah efisien, relevan, dan fokus pada kompetensi praktis serta proses berpikir kandidat. Dengan menerapkan metode seleksi yang terarah, perusahaan akan menghemat waktu dan biaya sambil tetap mendapatkan kandidat yang berkualitas tinggi.
Design Challenge
Design challenge merupakan salah satu metode seleksi populer untuk UI/UX designer, di mana perusahaan memberikan tugas atau studi kasus yang harus diselesaikan kandidat dalam waktu tertentu. Design challenge dapat dilakukan dengan dua cara utama adalah take-home assignment dan live challenge.
- Take-home Assignment
Dalam jenis ini, kandidat diberi tugas design yang dapat dikerjakan di rumah dengan waktu 3-4 hari. Metode ini memberikan kesempatan bagi kandidat untuk mengerjakan design dengan lebih santai, tanpa tekanan waktu langsung. Take-home assignment juga memungkinkan kandidat untuk memperlihatkan kemampuan berpikir kritis dan detail dalam menyelesaikan tugas design sesuai dengan kebutuhan perusahaan. - Live Challenge
Dalam live challenge, kandidat dihadapkan langsung dengan tantangan design yang diberikan oleh designer di perusahaan. Metode ini memungkinkan perusahaan melihat cara berpikir dan pendekatan kandidat dalam merespons masalah secara real-time. Meskipun lebih menantang, live challenge dapat menjadi cara yang efektif untuk menilai kemampuan teknis dan daya tanggap kandidat terhadap masalah.
Kedua jenis design challenge ini memiliki kelebihan masing-masing. Take-home assignment memberikan fleksibilitas, sedangkan live challenge memberikan gambaran langsung mengenai kemampuan kandidat di bawah tekanan dan akan memenuhi kebutuhan perusahaan untuk mendapatkan kandidat secara cepat.
Whiteboard Challenge
Whiteboard challenge adalah metode seleksi lain yang populer untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah dan kolaborasi kandidat. Umumnya dilakukan secara live dan berkolaborasi dengan designer dari perusahaan untuk memecahkan masalah. Whiteboard challenge memungkinkan perusahaan menilai cara kerja dan pemikiran strategis kandidat dalam memecahkan masalah desain di depan panelis recruiter atau tim.
- Di area perusahaan, whiteboard challenge memungkinkan perusahaan untuk melihat proses berpikir kandidat dan cara mereka berkomunikasi serta berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah design. Ini sangat penting dalam lingkungan UI/UX, dimana kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama dengan tim sangat dibutuhkan. Topik yang umum digunakan pada whiteboard challenge seperti user flow, wireframing, user persona, dan solusi desain untuk masalah tertentu.
- Sedangkan di area kandidat, whiteboard challenge adalah kesempatan untuk menunjukkan keahlian mereka secara langsung. Mereka dapat memperlihatkan kemampuan dalam analisis masalah, ide-ide kreatif, dan kemampuan adaptasi terhadap feedback. Meskipun whiteboard challenge bisa menegangkan, metode ini memberikan kesempatan bagi kandidat untuk menunjukkan potensi mereka secara langsung kepada perusahaan. Calon pelamar biasanya diminta untuk menjelaskan ide design mereka secara visual di whiteboard.
Whiteboard challenge memiliki kelebihan karena memberikan perusahaan gambaran langsung mengenai proses berpikir dan keterampilan praktis kandidat dalam situasi yang menantang.
Interview
Dalam alur seleksi UI/UX designer, interview biasanya dilakukan dalam dua tahap: interview bersama HR dan interview bersama user (design lead atau manager).
- Interview bersama HR : Interview ini bertujuan untuk mengeksplorasi latar belakang kandidat secara umum, kepribadian, pengalaman kerja dan kesesuaian nilai-nilai kandidat dengan budaya perusahaan. HR juga mengevaluasi apakah kandidat memiliki motivasi dan etos kerja yang baik. Umumnya interview bersama dengan HR dilakukan di fase awal dan fase akhir saat offering.
- Interview bersama User (Design Lead atau Manager): Di tahap ini, interview dilakukan secara lebih spesifik dan teknikal. Design lead atau manajer biasanya bertanya lebih mendalam mengenai proses mendesain, metode atau approach yang digunakan, dan pengalaman kandidat dalam menyelesaikan tantangan. Interview user ini penting untuk menilai keterampilan kandidat dalam mengerjakan tugas sesuai ekspektasi tim design.
Kombinasi dari interview HR dan user memberikan perusahaan perspektif yang komprehensif mengenai kandidat. Selain mengevaluasi keterampilan teknikal, perusahaan juga dapat menilai kesesuaian kandidat dengan budaya perusahaan dan visi tim.
Kesimpulan
Rangkaian seleksi UI/UX designer memang memiliki tantangan tersendiri, baik bagi perusahaan maupun kandidat. Dengan memanfaatkan metode seleksi yang tepat seperti design challenge dan whiteboard challenge, perusahaan dapat menemukan kandidat yang sesuai dengan kebutuhan tanpa harus melewati proses yang bertele-tele. Proses seleksi yang lebih efisien dan fokus, seperti yang disarankan oleh Sigit Adinugroho, akan menciptakan pengalaman yang lebih positif bagi kandidat dan membantu perusahaan menarik talenta terbaik.
Pada akhirnya, tujuan dari proses rekrutmen yang baik adalah menciptakan keselarasan antara kebutuhan perusahaan dan kemampuan kandidat, serta memastikan kedua pihak mendapat manfaat dari pengalaman yang dijalani dalam proses ini.