fbpx

Lebih Baik Outsource Mahasiswa, Freelance Perorangan atau Software House?

Contents

Share the article

Ketika kita sudah memutuskan akan meng-outsource pekerjaan IT, maka setidaknya kita akan memiliki beberapa pilihan tenaga outsource seperti freelance mahasiswa, fresh graduate, profesional baik full time atau part time, hingga software house dengan pengalaman tertentu.

Lima kategori ini tentu memiliki pros cons-nya masing-masing. Mana yang lebih baik? Depends. Tergantung kebutuhan dan kemampuan kita. Banyak orang yang mengkomparasikan service berdasarkan dua hal : jangka waktu pengerjaan (timeline) dan biaya (cost). Khusus untuk faktor kedua yaitu biaya, seringkali menjadi ukuran paling penting untuk menentukan produk atau jasa yang akan dipilih. Padahal tidak selalu yang paling murah adalah yang sesuai dengan kebutuhan kita. Simple alasannya, karena tidak apple to apple perbandingannya.

Ketika kita beli kopi di Starbucks tentu berbeda experience-nya dengan membeli kopi di warung kopi biasa. Atau membeli tiket kereta kelas ekonomi dengan kelas bisnis. Pasti ada nilai tambah (value) yang relevan untuk segmen market tertentu yang ditargetkan dibalik harga yang lebih. Begitu pun demikian dengan pengembangan software.

Maka memahami siapa yang kita hire menjadi penting agar kita dapat meletakkan ekspektasi dengan tepat ketika meng-hire vendor tersebut. Lantas pertanyaannya sekarang adalah, manakah value yang paling pas dan sesuai dengan kebutuhan dan range budget kita?

Secara sederhana, sebuah produk atau jasa dianggap layak dibeli karena memiliki value lebih tinggi dibandingkan dengan kompetitor produk atau jasa lainnya. Value tersebut dapat diukur dengan rumus sederhana berikut:

Value = Benefit/Price

Dimana benefit berarti keunggulan, fungsionalitas, atau fitur apa saja yang bisa didapatkan oleh customer. Seluruh akumulasi keunggulan ini akan dibagi dengan harganya untuk bisa menilai value yang diberikan produk atau jasa tersebut.

Dalam tulisan ini, secara subjective saya akan mencoba menghitung value dari kelima pengembang software ini. Sebagai disclaimer, scoring benefit dan harga akan terlihat sangat subjektif, namun setidaknya bisa menjadi gambaran kepada pembaca, daftar keunggulan-keunggulan apa saja yang bisa diekspektasikan untuk setiap kelompok ini.

1. Freelance Mahasiswa

Freelance mahasiswa biasa dipilih karena harganya yang paling ekonomis. Namun berdasarkan pengalaman kami, jangan banyak berharap kepada pengembang software kelas mahasiswa karena mahasiswa biasanya cukup sibuk, banyak disambi dengan pekerjaan lain seperti tugas kuliah, organisasi, magang, dan lain sebagainya. Software pun rata-rata sekedar jadi, yang penting semua fitur sudah terbuat.

Benefit    : Software sekadar jadi saja sehingga performance-nya masih dibawah standar (Estimated Benefit Score = 1)

Price        : Murah sekali (Estimated Price Score = 1)

Value       : 1/1 = 1

2. Freelance Fresh Graduate

Freelance fresh graduate biasanya memiliki skill sebelas dua belas dengan freelance mahasiswa karena level pengalaman yang tidak jauh berbeda. Bedanya fresh graduate sudah lulus, sehingga punya waktu lebih fokus untuk mengerjakan proyek dari kita. Namun karena belum memiliki pengalaman yang mumpuni selain tugas-tugas kuliah, maka biasanya kualitas software yang dibuat belum sesuai best practice industri software development.

Benefit    : Software selesai dengan kualitas dibawah standar, pengerjaan cenderung lebih ontime (Estimated Benefit Score = 2)

Price        : Tergolong masih murah (Estimated Price Score = 1.5)

Value       : 2/1.5 = 1.3

 

3. Freelance Professional

Freelance professional disini adalah para profesional dengan pengalaman rata-rata setidaknya diatas 3 tahun, yang mengambil pekerjaan sebagai freelance, baik secara full time maupun part time. Kelebihan utama dari kelompok freelance professional adalah mereka sudah punya pengalaman yang lebih mature dalam mengembangkan software. Sedangkan kekurangan utamanya yang paling kontras adalah mereka biasanya single fighter. Selain menjadi developer, mereka juga menjadi Project Manager (PM), Business Analyst, bahkan designer dan software tester. Sehingga kebanyakan deliverable-nya kurang maksimal karena banyaknya yang harus mereka urus seorang diri.

Benefit    : Software selesai lebih ontime karena sudah tahu attitude professional, software lebih sesuai best practice. (Estimated Benefit Score = 3)

Price        : Standar tapi masih termasuk murah (Estimated Price Score = 2)

Value       : 3/2 = 1.5

4. Software House dengan Pengalaman Rata-rata < 5 tahun

Biasanya, tiga golongan sebelumnya yang memang sudah terbiasa proyekan, akan tertarik untuk membentuk tim “proyekan” yang akan menjadi cikal bakal sebuah software house. Mereka sudah tidak bekerja sendiri lagi walaupun biasanya masih merangkap role-nya. Misalkan sebagai Project Manager merangkap sebagai business analyst atau developer juga, atau designer sekaligus sebagai software tester, dan seterusnya karena memang kondisi perusahaan yang masih awal dan belum ideal. Biasanya di level ini software house juga sudah mulai berbadan hukum PT sehingga bisa mengeluarkan faktur pajak untuk kebutuhan perusahaan.

Benefit    : Software selesai dengan pengerjaan relatif ontime, software lebih sesuai best practice, software lebih baik karena role sudah lebih fokus (ada PM, designer, software tester, developer, walaupun mungkin ada beberapa role yang masih merangkap), perusahaan sudah PKP. (Estimated Benefit Score = 5)

Price        : Sedang (Estimated Price Score = 3)

Value       : 5/3 = 1.67

5. Software House dengan Pengalaman Rata-rata > 5 tahun

Software house yang sudah semakin berpengalaman tentu harusnya semakin baik dalam hal deliverables kualitas. Walaupun harus hati-hati juga, karena ada beberapa software house dengan pengalaman lima, sepuluh, bahkan belasan tahun namun tidak “deliberate practice“. Artinya sejak awal berdiri sampai sekarang alur kerjanya masih “brutal” karena mereka hanya me-repetisi kebiasaan yang sama selama bertahun-tahun. Dan sedihnya, software house species ini cukup banyak, sehingga perlu berhati-hati.

Software house ideal di kategori ini harusnya sudah semakin mature, fungsionalitas tim pengembang-nya juga semakin lengkap dan fokus, after service support-nya sudah bagus ada tim operation sendiri selain developer aplikasinya, sudah memiliki sertifikasi sesuai expertise-nya, portfolio sudah banyak dan terbukti, bisa mengimplementasi teknologi-teknologi di level enterprise, serta diakui kapasitasnya untuk menjadi konsultan untuk perusahaan-perusahaan besar.

Benefit    : Software selesai dengan pengerjaan relatif ontime, software lebih sesuai best practice, kualitas software jauh lebih baik karena role yang fokus (ada PM, business analyst, designer, software tester yang dedicated), after service-nya reliable, sudah PKP, punya sertifikasi, punya sumber daya manusia dengan kualifikasi pendidikan yang mumpuni (S1, S2, S3 sesuai kebutuhan), punya portofolio yang terbukti, bisa mengimplementasi teknologi enterprise sesuai kebutuhan, mampu menjadi konsultan  (Estimated Benefit Score = 11)

Price        : Cukup tinggi (Estimated Price Score = 5)

Value       : 11/5 = 2.2

Gambaran komparasinya bisa kita lihat seperti ini:

MahasiswaFresh GraduateProfessional FreelanceBeginner Software HouseAdvanced Software House
Software SelesaiVVVVV
Pengerjaan relatif ontimeVVVV
Kualitas sesuai best practiseVVV
Role tim pengembangan yang fokusVVV
Support after service-nya reliableVV
Sudah PKPVV
SertifikasiV
SDM dan kualifikasi pendidikanV
Portofolio yang terbuktiV
Teknologi enterpriseV
KonsultanV

Penutup

Demikian ulasan mengenai opsi-opsi tenaga outsource yang dapat Anda pilih untuk proyek Anda, mulai dari freelance mahasiswa, profesional hingga software house. Sekali lagi penilaian diatas adalah penilaian yang umum serta subjektif atas dasar pengalaman penulis selama ini. Tentu ada kemungkinan bisa rezeki bertemu dengan mahasiswa yang jago banget ngoding-nya, cepat, kualitas aplikasi bagus gak buggy, bahkan murah. Atau bahkan sebaliknya, pernah hire software house dengan rate yang tidak murah, namun ternyata kualitas deliverables-nya dan service-nya tidak sebanding dengan biaya yang sudah dikeluarkan. Oleh karena itu perlu ekstra hati-hati untuk memilih partner pengembang software Anda.

Share the article

Grow Your Knowledge

About Software Development with Our Free Guidebook

Grow Your Knowledge

About Software Development with Our Guidebook

You dream it.

We build it!

We provide several bonuses FOR FREE to help you in making decisions to develop your own system/application.

  • Risk Free Development Trial 
  • Zero Requirement and Consultation Cost 
  • Free Website/Mobile Audit Performance

Our Services

Software Development • Quality Assurance • Big Data Solution • Infrastructure • IT Training

You might also like

Masa Depan Telemedisin di Indonesia: Apa yang Menanti di Depan?

LMS VS E-Learning:  Digitalisasi Pendidikan Indonesia

Inovasi Pendidikan Melalui Teknologi Virtual Reality (VR)

Silakan isi data di bawah sebelum mendownload file.

Silakan isi data di bawah sebelum mendownload file.

Signup for Free Software Development Guidebook: Input Email. Submit me.